Gunung Binaiya. Keputusan dalam hidup sering kali membawa kita pada hal-hal yang tidak terduga. Ada beberapa hal yang membuat kita bersyukur, dan ada juga yang mungkin membuat kita menyesal. Namun percayalah, benar atau salah, setiap perjalanan hidup akan membawa kita menjadi pribadi yang lebih bermakna.
Gunung Binaiya bukan sekedar penaklukan puncak, tapi sebuah perjalanan batin yang penuh makna. Dalam setiap langkah menapaki jalan terjal, dalam setiap helaan nafas yang berpacu dengan udara yang tipis, terdapat nilai-nilai kehidupan yang mendalam. Filosofi pendakian gunung mencerminkan perjuangan manusia dalam menghadapi tantangan, mengenal diri sendiri, dan menyatu dengan alam.
Mengenal Gunung Binaiya: Atap Negeri Seribu Pulau

Gunung Binaiya. Gambar: Gunung Bagging
Gunung Binaiya terletak di Pulau Seram, yang merupakan pulau terbesar di Provinsi Maluku. Secara administratif, gunung ini termasuk dalam kawasan Taman Nasional Manusela, salah satu taman nasional tertua di Indonesia. Nama “Binaiya” sendiri berasal dari bahasa lokal yang dipercaya memiliki arti “tanah tinggi yang suci”.
Dengan ketinggian 3.027 meter di atas permukaan laut, Gunung Binaiya merupakan salah satu dari tujuh puncak tertinggi di Indonesia dari setiap pulau. Inilah yang membuatnya menjadi incaran para pendaki yang ingin melengkapi daftar bergengsi tersebut.
Namun, Binaiya bukan untuk mereka yang hanya ingin berfoto di puncaknya. Pendakian ke sana menuntut ketahanan fisik, mental, dan waktu.
Pendakian Gunung Binaiya
Jalan menanjak yang curam menggambarkan fase-fase sulit dalam hidup, saat kita harus mengerahkan seluruh kekuatan, semangat, dan ketahanan mental. Ini adalah fase pembuktian diri, ketika karakter dan tekad diuji.
Gunung Binaiya sebelumnya memiliki jalur pendakian melalui Desa Kanike yang terletak di sisi utara dengan durasi hingga 11 hari. Namun kini Anda bisa mengambil jalur resmi melalui Desa Piliana yang berdekatan di sisi selatan gunung. Rute ini ditemukan oleh tim ekspedisi Highcamp The Adventure Mountaineering Community dan Taman Nasional Manusela pada tahun 2011. Dengan durasi pendakian sekitar delapan hari, Anda akan melewati berbagai trek yang menantang, mulai dari hutan, sungai hingga tanjakan yang curam.
Simak panduan mendaki Gunung Binaiya melalui Desa Piliana berikut ini:
Yupati
Pendakian melalui Desa Piliana dimulai dari Desa Yupati, yaitu sebuah desa yang terletak di bibir pantai dan merupakan titik 0 meter Gunung Binaiya. Jarak tempuh dari Yupati ke Desa Piliana memakan waktu sekitar 4 jam.
Jalur pendakian ini cukup menanjak, di sini Anda akan menyeberangi sungai beberapa kali, salah satu sungai yang dilewati adalah Sungai Yehe yang memiliki lebar sekitar 5 meter dengan kedalaman 15 hingga 16 inci. Namun, saat musim hujan, volume sungai bisa bertambah.
Piliana

Gunung Binaiya. Gambar: Gunung Bagging
Di Desa Piliana, Anda akan disambut oleh penduduk desa yang ramah. Sebelum melanjutkan perjalanan, Anda bisa bermalam di salah satu rumah tokoh masyarakat di sana.
Di desa ini Anda akan melewati jalan setapak menuju hutan sagu, dengan jalur yang naik turun. Setelah melewati jalan setapak, Anda akan menyusuri Sungai Titimula dan menempuh lembah yang cukup suram.
Sungai Yahe Hulu
Di akhir perjalanan dari Desa Piliana, kita akan sampai di Sungai Yahe Hulu. Sebelum melanjutkan perjalanan ke Pos Lukuamano yang cukup panjang dan memakan waktu kurang lebih 4 jam. Disini kita mulai memasuki trek yang terjal dan masuk ke dalam hutan dengan pepohonan besar dan dipenuhi rotan berduri khas hutan tropis.
Kita bisa beristirahat sejenak di Sungai Yamhitala, sambil mengambil cadangan air untuk perjalanan menuju Pos Lukuamano. Jalur menuju pos ini menanjak dengan jalan setapak yang curam.
Pos Lukuamano
Hanya sebuah dataran yang berukuran tidak lebih dari 1 x 2 meter di sisi jalan setapak adalah Pos Lukuamano. Pos ini merupakan tempat beristirahat sebelum menuju ke Shelter Aye Moto dimana trek menuju kesana sekitar 3 jam, medannya berupa susunan bebatuan karst. Disini kita akan melewati liang atau gua kecil, dan menuruni jalan setapak berbatu yang di bawahnya terdapat sungai kecil yang bernama Sungai Aimoto.
Penampungan Aimoto
Setelah menyeberangi Sungai Aimoto, kita akan sampai di sebuah bangunan yang dapat menampung lebih dari 10 orang, yaitu Aimoto Shelter. Tidak perlu membangun tenda untuk berkemah di sini, selama bangunan tersebut dapat menampung cukup banyak pendaki.
Setelah bermalam di Aimoto Shelter, kita melanjutkan perjalanan ke Aiulanusalai dengan durasi sekitar 1 jam. Namun sebelum menuju ke sana, siapkan dulu persediaan air di Sungai Aimoto, karena ini adalah sungai terakhir yang dilalui di jalur pendakian Gunung Binaiya.
Aiulanusalai
Tempat ini merupakan punggungan gunung yang berupa dataran rumput yang luas. Selanjutnya, di Aiulanusalai kita melanjutkan perjalanan menuju Teleuna dengan durasi kurang lebih satu jam. Jalur menuju ke sana masih menanjak di jalan setapak yang berada di dalam hutan yang lembab.
Highcamp – Puncak Manukupa
Perjalanan panjang dari Teleuna memakan waktu sekitar satu jam. Pos Highcamp adalah sebuah dataran kecil yang dipenuhi dengan pepohonan dan akar-akaran. Nama pos ini diambil dari nama komunitas yang menemukan jalur pendakian Gunung Binaiya melalui Desa Piliana, yaitu Highcamp The Adventure Community.
Highcamp merupakan titik awal punggungan menuju Puncak Manukupa, dari Highcamp menuju Manukupa treknya cukup landai. Namun, jalur ini memiliki banyak lumut tebal yang membuat jalur menjadi licin.
Camp Isilali
Dari Puncak Manukupa kita berjalan kaki menuju Lembah Isilali, dengan jarak tempuh sekitar 1,5 jam menuju Camp Isilali. Jalur menuju ke sana cukup terjal dengan bebatuan yang licin, juga melewati hutan lumut yang rindang dan dipenuhi dengan bunga anggrek.
Puncak Gunung Bintang
Dari Camp Isilali menuju puncak Gunung Bintang membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam, dengan melewati jalur naik turun dengan tanah berbatu karst yang tajam. Di jalur ini Anda perlu berhati-hati, jika Anda melakukan kesalahan, bebatuan tajam akan melukai kaki Anda. Dan ketika sampai di puncak Gunung Bintang, Anda bisa beristirahat sejenak untuk melepas lelah.
Nasapeha
Setelah beristirahat di puncak Gunung Bintang, perjalanan selanjutnya adalah menuju Nasapeha. Jalur yang dilalui masih sama, turunan curam dengan bebatuan karst dan jurang di kiri dan kanan. Setelah melewati punggungan Gunung Bintang, kita tiba di jalur yang lembab dan basah, pertanda kita sudah sampai di Nasapeha yang berada di daerah lembah.
Kamp Wayfuku
Dari lembah Nasapeha kami menuju ke camp terakhir dengan durasi 1,5 jam. Jalur yang sama masih menyambut kita di Camp Wayfuku, naik turun bebatuan karst. Setelah menempuh perjalanan selama 1,5 jam, kami tiba di padang rumput yang menjadi rumah bagi rusa dan padang pakis Binaiya. Inilah titik tertinggi kedua yang disebut Camp Wayfuku, yang merupakan tempat berkemah karena cukup datar dan memiliki sumber air berupa kubangan air hujan.
Puncak Binaiya

Gunung Binaiya. Gambar: Gunung Bagging
Titik terakhir adalah Puncak Binaiya yang dirindukan dan menjadi impian para pendaki. Jarak tempuh dari Camp Wayfuku memakan waktu 3 jam. Jalur menuju puncak cukup menanjak. Sesampainya di puncak, rasa lega dari lelahnya perjalanan akan terbayar dengan pemandangan yang memanjakan mata. Binaiya 3027 MDPL, itulah nama yang terpampang di batu tertinggi terakhir, pertanda selesainya perjalanan Anda mencapai puncak tertinggi di Nusa Tenggara Timur.
Filosofi dan Ritual Adat dalam Pendakian Gunung Binaiya
Mendaki gunung bukan hanya sekedar menaklukkan puncaknya, namun sebuah perjalanan spiritual yang kental dengan nilai-nilai budaya dan memiliki nilai filosofi di dalamnya. Demikian halnya dengan ritual adat pendakian Gunung Binaiya yang dilakukan oleh masyarakat setempat, khususnya Suku Sawai dan Manusela yang tinggal di sekitar kawasan Taman Nasional Manusela.
Gunung yang disucikan
Bagi masyarakat setempat, Gunung Binaiya bukan hanya sekedar gunung biasa, melainkan sebuah tempat yang sakral dan suci. Mereka percaya bahwa Binaiya adalah tempat tertinggi para roh leluhur, dan setiap langkah di jalur pendakian harus dilakukan dengan penuh rasa hormat.
Filosofi ini mengajarkan kita sebagai pendaki untuk menurunkan ego, menjaga sikap, dan memahami bahwa alam memiliki kekuatan yang tidak terlihat. Mendaki Gunung Binaiya berarti kita memasuki ruang sakral yang harus dijaga dengan hati yang bersih dan niat yang baik.
Ritual Adat Sebelum Pendakian
Sebelum memulai pendakian, para pendaki biasanya diwajibkan untuk mengikuti ritual adat sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan alam sekitar. Ritual ini dipimpin oleh tetua adat atau tokoh masyarakat, dan biasanya dilakukan di desa-desa seperti Desa Piliana atau Desa Kanike, yang merupakan pintu masuk utama pendakian.
Makna Mendalam di Balik Ritual
Secara filosofis, ritual ini mengajarkan tentang:
- Keseimbangan antara manusia dan alam
- Kesadaran akan keterbatasan diri
- Pentingnya menjaga etika dan sopan santun di area sakral
Ini adalah bentuk kearifan lokal yang telah diwariskan secara turun-temurun, dan merupakan warisan budaya tak ternilai yang memperkaya pengalaman mendaki Gunung Binaiya.
Esensi Sejati dari Mendaki Binaiya
Gunung Binaiya bukan hanya sebuah tujuan pendakian, tetapi juga cermin dari nilai-nilai kehidupan yang mendalam. Setiap jalur pendakian merupakan pelajaran tentang ketangguhan, penghargaan terhadap alam, dan perenungan akan makna kehidupan.
Melalui ritual adat dan filosofi masyarakat setempat, kita diajak untuk lebih bijak dalam memaknai perjalanan ini-bukan sebagai penaklukan, namun sebagai proses penyatuan antara manusia, alam, dan leluhur. Oleh karena itu, jika Anda berniat mendaki Gunung Binaiya, datanglah dengan hati yang bersih, pikiran yang terbuka, dan rasa hormat yang tulus. Karena sesungguhnya, Binaiya adalah guru kehidupan yang mengajarkan ketulusan dalam melangkah dan makna dalam setiap hembusan nafas.