Para pecinta alam, pendaki, dan pelaku eksplorasi keindahan alam Indonesia, ada informasi penting yang perlu kalian ketahui. Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) secara resmi mengumumkan bahwa seluruh jalur pendakian Gunung Rinjani akan ditutup sementara dimulai 1 Agustus 2025.

Keputusan ini pasti memiliki dampak signifikan, tidak hanya bagi wisatawan, tetapi juga bagi pemandu lokal, porter, pelaku usaha wisata, serta masyarakat sekitar. Namun di balik kebijakan penutupan ini, terdapat alasan yang sangat penting dan tidak bisa diabaikan: keselamatan dan perlindungan jiwa manusia.

Kenapa Jalur Pendakian Gunung Rinjani Ditutup?

Kawah Gunung Rinjani

Penutupan ini bukan terjadi begitu saja. BTNGR menyebutkan bahwa langkah ini diambil sebagai tindakan lanjutan setelah terjadi kecelakaan di jalur Danau Segara Anak. Kejadian itu memicu pertemuan dan kerja sama antar lembaga, termasuk Kementerian Koordinator Bidang Politik dan Keamanan serta Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Dari rapat yang dilakukan pada tanggal 22 Juli 2025, disepakati bahwa seluruh jalur pendakian harus ditutup sementara agar dilakukan pengecekan menyeluruh terhadap aspek keselamatan dan penanggulangan keadaan darurat.

Jalur yang Ditutup Sementara

Jalur Pendakian Rinjani Via Simbalun

Ada enam jalur pendakian utama Gunung Rinjani yang akan ditutup mulai awal Agustus ini. Berikut daftarnya:

  1. Jalur Senaru (Kabupaten Lombok Utara)
  2. Jalur Torean (Kabupaten Lombok Utara)
  3. Jalur Sembalun (Kabupaten Lombok Timur)
  4. Jalur Timbanuh (Kabupaten Lombok Timur)
  5. Jalur Tetebatu (Kabupaten Lombok Timur)
  6. Jalur Aik Berik (Kabupaten Lombok Tengah)

Penutupan ini disahkan melalui Surat Pengumuman resmi nomor: PG.5/T.39/TU/KSA.04.01/B/07/2025 dari BTNGR.

Keselamatan adalah Prioritas Utama

Bagi banyak pendaki, Rinjani adalah impian. Keindahan puncak gunung, keindahan Danau Segara Anak yang megah, serta pemandangan alam yang luar biasa membuat Rinjani menjadi destinasi mendaki yang sangat populer di Indonesia, bahkan di dunia. Namun, di tengah segala keindahan itu, ada juga risiko yang tinggi.

Cuaca ekstrem, jalur yang curam dan licin, serta fasilitas pendukung yang terbatas membuat setiap pendakian ke Rinjani harus dipersiapkan dengan sangat matang. Karena itu, pemerintah dan BTNGR tidak ingin ambil risiko lebih besar, dan memutuskan untuk menutup sementara jalur pendakian tersebut.

Langkah-Langkah Selama Penutupan

Suasana camp pendakian di Pelawangan Satu Gunung Rinjani, sumber foto rri.co.id

Selama masa penutupan ini, BTNGR bersama instansi terkait akan fokus pada:

  • Evaluasi jalur pendakian, termasuk tanda-tanda petunjuk, shelter, dan titik rawan.
  • Peningkatan sistem tanggap darurat dan penyelamatan.
  • Pelatihan tambahan bagi pemandu lokal dan porter terkait prosedur keselamatan.
  • Rehabilitasi titik-titik yang rusak atau berbahaya akibat erosi atau cuaca ekstrem.
  • Penyusunan protokol baru untuk pendakian aman, termasuk ketentuan wajib membawa peralatan keselamatan pribadi.

Respons Masyarakat dan Komunitas Pendaki

Keputusan tersebut mengundang berbagai reaksi. Banyak komunitas pendaki mendukung keputusan ini karena keselamatan adalah hal yang utama dan tidak boleh diremehkan. Di sisi lain, pelaku wisata di sekitar Gunung Rinjani mengkhawatirkan berkurangnya aktivitas wisata yang bisa berdampak pada perekonomian mereka.

Meski begitu, banyak pihak menyadari bahwa penutupan sementara jauh lebih baik daripada membiarkan risiko keselamatan terus terbuka. Langkah ini bisa menjadi momentum untuk merekonstruksi, menyusun sistem pendakian yang lebih aman dan berkelanjutan.

Dampak Ekonomi di Sekitar Rinjani

Tidak bisa dipungkiri, ribuan orang menggantungkan hidup dari aktivitas wisata Rinjani. Baik porter, pemandu, pemilik homestay, penyewa alat pendakian, hingga pengelola warung makan di kaki gunung akan merasakan dampaknya.

Namun, BTNGR telah menjalin komunikasi dengan pemerintah daerah untuk menyusun program mitigasi dampak ekonomi bagi warga terdampak.
Termasuk kemungkinan pelatihan keterampilan tambahan, diversifikasi wisata (seperti wisata budaya atau desa wisata), serta pendampingan UMKM.

Pendaki: Jangan Patah Semangat Dulu!

Jika kamu sudah merencanakan pendakian ke Rinjani, mungkin kamu merasa sedikit kecewa. Tapi jangan khawatir, ini bukan akhir dari segalanya. Indonesia masih punya banyak gunung indah lainnya yang bisa kamu eksplorasi sambil menunggu Rinjani kembali dibuka. Kamu bisa mencoba Gunung Tambora, Gunung Semeru, Gunung Kerinci, atau bahkan gununggunung di Sulawesi dan Papua sebagai pilihan petualangan barumu.

Selain menjadi tempat wisata, Gunung Rinjani juga merupakan kawasan konservasi. Tindakan penutupan ini sekaligus upaya perlindungan terhadap alam, agar tetap bisa dinikmati oleh generasi mendatang.

Kapan Akan Dibuka Kembali?

Saat ini, belum ada tanggal pasti kapan jalur pendakian Gunung Rinjani akan dibuka kembali. Kapan pembukaan dilakukan tergantung pada hasil evaluasi dan kesiapan fasilitas serta prosedur keselamatan yang baru. BTNGR akan memberikan informasi resmi melalui kanal komunikasi yang mereka gunakan. Jadi, pastikan kamu selalu memperbarui informasi dari sumber yang terpercaya.

Saran Buat Para Pendaki

Selama masa penutupan ini, kamu bisa tetap produktif dan bersiap-siap:

  • Latihan fisik dan mental untuk pendakian selanjutnya.
  • Upgrade perlengkapan pribadi, khususnya yang berkaitan dengan keselamatan.
  • Belajar navigasi, pertolongan pertama, dan teknik survival.
  • Ikut dalam kegiatan konservasi atau pendakian edukatif.

Pesan dari BTNGR

Sejumlah pendaki sedang berswafoto di depan resort Sembalun, Taman Nasional Gunung Rinjnai (BTNGR), Sumber foto rri.co.id

Kepala BTNGR, Yarman, mengatakan bahwa penutupan ini adalah keputusan yang berat, namun perlu dilakukan demi keselamatan bersama. Ia berharap para pendaki dan seluruh elemen masyarakat memahami keputusan tersebut secara bijak.

“Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini, tapi kami yakin bahwa dengan kerja sama dan kesadaran bersama, Rinjani akan kembali dibuka dengan sistem yang lebih aman dan lebih baik,” ujar Yarman.

Penutup

Jalur mendaki Gunung Rinjani ditutup sementara mulai 1 Agustus 2025 demi menjaga keselamatan dan meningkatkan kesiapan dalam menghadapi situasi darurat. Keputusan ini penting dan perlu didukung bersama-sama.

Gunung Rinjani tetap ada di sana, menunggu waktu yang tepat untuk kembali didaki. Sementara itu, mari tetap semangat, terus belajar, dan jaga kecintaan terhadap alam. Seorang pendaki sejati bukan hanya berarti mencapai puncak, tetapi juga menghargai proses dan menjaga keselamatan.

Sampai jumpa di Rinjani, ketika waktunya tiba!