Mendaki gunung memang menawarkan banyak petualangan serta keindahan, tetapi juga memiliki ancaman tersembunyi yang tidak boleh diremehkan. Salah satu risiko paling berbahaya yang sering muncul tanpa disadari adalah hipotermia.

Bagi kamu yang masih pemula dalam dunia pendakian, mengetahui tentang hipotermia di gunung merupakan langkah awal yang sangat penting untuk melindungi diri sendiri dan tim. Dalam tulisan ini, kita akan membahas secara lengkap dan santai mulai dari definisi hipotermia, tanda-tandanya, jenis-jenisnya, hingga cara mencegah dan mengatasinya.

Apa Itu Hipotermia?

Dengan gampangnya, hipotermia adalah situasi saat suhu tubuh seseorang menurun secara signifikan di bawah angka normal, yaitu kurang dari 35°C. Pada saat ini, tubuh mengeluarkan panas lebih cepat dibandingkan dengan kemampuannya untuk membuat panas.

Di pegunungan, kemungkinan terkena hipotermia sangat besar karena suhu yang rendah, turunnya hujan, angin yang kencang, dan pakaian yang kurang sesuai. Bahkan ketika cuaca tidak terlalu dingin, hipotermia tetap bisa terjadi jika tubuh basah akibat hujan atau keringat dan tidak cepat dikeringkan.

Hipotermia di Gunung: Kenapa Pendaki Pemula Harus Waspada?

waterproof and windproof

Seorang pendaki menggunkan jaket waterproof and windproof untuk menghindari dingin

Pendaki yang baru sering kali lebih mementingkan semangat untuk mencapai puncak tanpa melihat aspek keselamatan. Namun, hipotermia dapat dialami oleh siapa saja, bahkan oleh pendaki yang sudah berpengalaman jika mereka kurang waspada.

Di bawah ini adalah beberapa faktor penyebab hipotermia yang sering kali tidak dipahami oleh pendaki pemula:

1. Persiapan Pakaian yang Kurang

Banyak pendaki pemua hanya memakai jaket yang ringan tanpa lapisan penghangat yang memadai. Jaket waterproof dan windproof sangat penting.

2. Pakaian yang Basah tidak Diganti

Keringat yang dibiarkan kering sendiri dibadan akan membuat tubuh terus kehilangan panas.  Begitu juga baju yang basah terkena hujan saat dijalur.

3. Istirahat di Tempat Terbuka

Terkadang kita sering malakukan ini, berangin ditempat terbuka tampa pelindung akan membuat suhu badan turun secara drastis.

4. Kurang Asupan Makanan dan Minuman

Tubuh butuh asupan kalori dan air untuk menjaga stamina tetap stabil, tampa itu tubuh akan lemah dan kedinginan.

Gejala Hipotermia yang Wajib Diketahui

Mendeteksi gejala awal hipotermia dapat menyelamatkan nyawa. Berikut adalah ciri-ciri hipotermia berdasarkan tingkat keparahannya:

1. Hipotermia Ringan (35°C – 32°C)

  • Menggigil hebat
  • Merasa sangat lelah atau lemas
  • Bibir dan jari-jari mulai membiru
  • Bicara mulai tidak jelas
  • Merasa lapar tapi tidak mau makan

2. Hipotermia Sedang (32°C – 28°C)

  • Menggigil berhenti (tanda bahaya!)
  • Gerakan melambat
  • Sulit berjalan atau berdiri
  • Kebingungan dan disorientasi
  • Mengantuk berlebihan

3. Hipotermia Berat (di bawah 28°C)

  • Tidak sadarkan diri
  • Detak jantung melambat
  • Pernapasan melemah
  • Risiko kematian sangat tinggi

Jenis-Jenis Hipotermia di Gunung

Pendaki menggunakan sleeping bag untuk menghindari hipotermia

Meskipun terlihat sama, hipotermia bisa dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan penyebab dan kondisi terjadinya. Pemahaman ini bisa membantu kita mengambil tindakan tepat.

1. Hipotermia Akut (Dingin yang Mendaak)

Jenis pertama ini terjadi secara tiba-tiba. Biasanya karena tubuh langsung kena suhu dingin ekstrem dalam waktu singkat. Contohnya, kamu lagi mendaki, terus tiba-tiba hujan deras, bajumu basah kuyup, dan kamu nggak bawa jas hujan. Atau kamu tercebur ke sungai gunung yang airnya super dingin.

Nah, tubuh kita kaget karena kehilangan panas terlalu cepat. Dalam situasi ini, kamu bisa langsung menggigil hebat, susah berpikir, bahkan bisa linglung.

Intinya: Hipotermia akut ini datang cepat, dan harus ditangani cepat juga. Segera cari tempat hangat, ganti baju kering, dan lindungi tubuh dari angin atau hujan.

2. Hipotermia Kronis (Dingin yang Pelan tapi Mematikan)

Kalau yang ini, terjadinya pelan-pelan. Kamu mungkin nggak langsung sadar kalau tubuhmu mulai kedinginan. Biasanya terjadi saat kamu mendaki dalam waktu lama, terus kelelahan, kurang makan, dan tetap pakai baju basah. Ditambah lagi, kamu nggak sempat istirahat atau menghangatkan diri.

Lama-lama, tubuhmu kehilangan energi buat menghasilkan panas. Awalnya masih bisa tahan, tapi makin lama, kamu mulai merasa ngantuk, lemas, dan nggak fokus. Bahayanya, karena gejalanya muncul pelan-pelan, banyak yang nggak sadar kalau itu hipotermia.

Kuncinya: Jaga stamina, makan cukup, tetap kering, dan istirahat teratur selama pendakian. Jangan anggap enteng rasa lelah yang terus-menerus.

3. Hipotermia Eksogen (Dingin dari Lingkungan Sekitar)

Nah, kalau yang satu ini penyebabnya jelas: lingkungan luar yang dingin. Bisa karena suhu gunung yang rendah, angin kencang, hujan, atau kamu tidur di tenda tanpa alas tidur yang cukup hangat. Dalam dunia medis, ini disebut hipotermia eksogen, yang artinya datang dari luar tubuh.

Jenis ini sering terjadi karena kurangnya perlengkapan. Misalnya kamu nggak bawa jaket tahan angin, nggak ganti baju basah, atau matrasmu tipis banget sampai dingin tanah terasa ke tubuh.

Solusinya: Selalu bawa perlengkapan anti dingin yang memadai, seperti jaket tebal, jas hujan, sarung tangan, topi kupluk, dan sleeping bag berkualitas. Ingat, persiapan adalah kunci!

4. Hipotermia Endogen (Dingin dari Dalam Tubuh)

Jenis terakhir ini agak berbeda. Bukan karena cuaca luar, tapi karena kondisi tubuh kamu sendiri yang lemah. Misalnya kamu mendaki dalam kondisi sudah sakit, nggak makan dengan benar, dehidrasi, atau terlalu lelah. Akibatnya, tubuhmu nggak punya cukup tenaga untuk menghasilkan panas, dan suhu tubuh turun secara perlahan.

Walaupun udara nggak terlalu dingin, tapi kalau tubuhmu udah nggak sanggup bertahan, kamu tetap bisa kena hipotermia. Inilah yang disebut hipotermia endogen.

Tipsnya: Jangan abaikan kondisi tubuhmu. Selalu pastikan kamu dalam keadaan fit sebelum mendaki. Konsumsi makanan bergizi, cukup minum, dan dengarkan sinyal dari tubuh sendiri.

Kenapa Pendaki Pemula Sering Tidak Menyadari Hipotermia?

Tim SAR mengevakuasi pendaki Bukit Pading Bangka Tengah yang terkena hipotermia, sumber foto Kompas.com

Kebanyakan pendaki pemula terlalu fokus pada euforia mendaki, sehingga mengabaikan tanda-tanda tubuh. Beberapa alasan lainnya:

  • Mengira menggigil itu normal
  • Takut dibilang lemah jika minta istirahat
  • Tidak tahu cara mengecek suhu tubuh
  • Tidak punya perlengkapan penghangat

 

Studi Kasus: Pendaki Pemula Hampir Tewas Karena Hipotermia

Pada tahun 2023, seorang pendaki pemula asal Jawa Barat mengalami hipotermia saat mendaki Gunung Cikuray. Ia tersesat dan bertahan semalaman tanpa tenda, hanya mengenakan kaus basah dan jaket tipis. Untungnya, tim SAR menemukan korban dalam kondisi menggigil hebat dan langsung dievakuasi.

Kejadian ini jadi pengingat penting: pendaki bukan hanya soal semangat, tapi juga soal kesiapan dan kewaspadaan.

Kesimpulan: Jangan Remehkan Hipotermia!

Hipotermia di gunung adalah musuh yang senyap tapi mematikan. Bagi pendaki pemula, penting untuk terus belajar dan memahami risiko yang ada di alam bebas. Jangan malu bertanya, terus siapkan perlengkapan dengan benar, dan kenali kondisi tubuhmu.

Jangan pernah remehkan kondisi tubuh saat mendaki. Selalu utamakan keselamatan di atas ambisi. Panduan lengkap tentang bahaya hipotermia dan cara mencegahnya juga tersedia di laman National Park Service.